.widget.ContactForm,.widget #ContactForm1{display: none !important;}
SELAMAT DATANG DI BLOG SENI RUPA UNISMUH MAKASSAR MEDIA INFORMASI DAN APRESIASI SENI BUDAYA

Rabu, 18 Juli 2012

UNSUR-UNSUR SENI RUPA DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT PURWA



 

Andi. Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Unsur seni rupa dalam pertunjukan wayang kulit purwa harus dipahami peranannya. Sebagai mana diketahui bahwa sebuah gubahan seni rupa terdiri dari perangkat teraga dan tidak teraga. Perangkat teraga merupakan unsur kasat mata dari seni rupa yang langsung dapat dinikmati oleh mata penikmat antara lain: garis, warna, nada, tekstur, ruang, bentuk  dan  titik. Sedangkan perangkat tidak teraga adalah perulangan unsur-unsur secara terus menerus dan teratur.Perangkat tidak teraga ini antara lain: irama, gradiasi, keseimbangan, perbedaan/kontras, keselarasan/harmonis, keanekaragaman, klimaks, kesesuaian/format dan kesatuan. Bila kita mengamati sebuah pertunjukan wayang kulit purwa swcara jeli,maka akan nampak pada kita beberapa elemen-elemen dasar komposisinya (gerak,desain panggung dan sebagainya ) yang diwujudkan dalam ruang pentas sebagai unsur-unsur teraga seni rupa. Gerak-gerakan wayang yang dilakukan oleh sang Dalang akan Nampak pada pemirsa sebagai bentuk garis dalam ruang panggung. Bentuk garis tersebut tercermin oleh gerakan boneka wayang yang dilakukan oleh sang dalang baik berupa garis lurus,irama dan garis gerigi. Garis tersebut terbentuk berdasarkan adegan yang sedang dipertunjukan. Disain dramatic yang didukung oleh disain music,dinamika dan tema turut membantu terciptanya perangkat teraga seni rupa di panggung.Piranti dipanggung baik yang digunakan oleh pendukung acara maupun alat yang dijadikan sebagai media,akan kita lihat perangkat teraga seni rupa berupa,warna,tekstur dan nada.
            Kata Kunci : Unsur-unsur seni rupa,  pertunjukan wayang  kulit.



I. Latar berlakang
            Seni pertunjukan wayang kulit purwa merupakan hasil karya manusia yang telah ada sejak berabad-abad lamanya dan bertahan hingga kini.Sebagai produk budaya asli masyarakat Jawa seni pertunjukan wayang kulit sampai saat ini belum banyak diketahui  orang tentang asal mulanya.Namun jauh sebelum era Erlangga,wayang digambarkan sebagai sarana ritual dalam rangka penyembahan arwah nenek moyang atau upacara penyucian terhadap noda dan dosa yang diperbuat oleh manusia (Ressens,1982:35). Adapun mengenai asal mula bentuk Wayang Kulit Purwa menurut S.Haryanto bersumber pada wayang relief yang terdapat pada candi Panataran di Jawa timur.Pola tersebut hingga sekarang masih tetap di pertahankan oleh seniman-seniman Bali dan membuat Wayang Kulit Bali.Lambat laun pola dasar dari Candi Panataran tersebut berkembang.Di Jawa pola tersebut berubah bentuknya,dan mencapai puncak kesempurnaannya pada zaman Kerajaan Mataram pada tahun 1586-1680(S.Hatyanto,1991:25).
            Perubahan bentuk dari zaman ke zaman disebabkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan pertunjukan wayang kulit itu sendiri.Salah satu penyebab utama teradinya perubahan dalam pembuatan boneka wayang adalah munculnya ajaran Islam ditanah Jawa yang dibawa ileh para Wali.Bentuk wayang yang realis mengalami perubahan secara drastis berkaitan dengan adanya pandangan dalam ajaran Islam yang melarang penganutnya membuat sesuatu yang menyerupai bentuk manusia.Namun demikian bentuk wayang yang telah mengalami evolusi berates-ratus tahun,kini telah memperoleh perwujudannya yang paling canggih dengan perwatakannya yang dibawakannya berikut gaya stilasi serta segi-segi seni rupanya yang lain.Mengenai periidisasi perubahan (evolusi) bentuk wayang kulit Purwa secara kronologis dapat dituliskan secara berikut:
1.   Zaman Pra Majapahit sampai menjelang abad XIII.Pada zaman wayang masih berbentuk dekoratif tapi primitive,simbolik dan spiritual.
2.   Zaman Majapahit (1292-1478). Lahirnya wayang Beber sebagai pendahulu wayang-wayang kulit pada masa itu masih berbentuk motif watak dan pribadi tertentu.
3    Zaman Demak (1478-1546 )dan Zaman Pajang (1546-1586) pada zaman-zaman ini bentuk wayang mulai berlubang ,yang ditatahkan pada wayang kulit untuk menggambarkan mata,teling dan mulut yang baru di pengaruhi olehkebudayaan Islam dan Cina.
4    Zaman Kerajaan Mataran (1586-1680) Pada zaman ini wayang-wayang dilengkapi dengan tanga yang dapat digerakkan. (S.Haryanto. 1991:30).
            Keempat periodisasi evolusi bentuk wayang diatas adalah merupakan hasil olah pikir dari para perupa yang memiliki naluri seni yang tinggi hingga mencapai puncak bentuk wayang sebagaimana yang nampak sekarang ini.Bila menyaksikan pertunjukan wayang kulit Purwa maka kita sebenarnya telah di suguhkan beraneka ragam karya seni.Karaya seni yang dimaksud adalah kolaborasi beberapa jenis kesenian yang satu dengan yang lainnya saling mendukung,baik dari unsure seni music,seni drama,seni sastra,.aupun unsure seni rupanya.
            Menurut hemat penulis bahwa meskipun terdapat beberapa unsure seni pada pertunjukan wayang,akan tetapi unsure seni rupalah yang paling menonjol.Kehadiran unsure seni rupa dalam pertunjukan wayang telah memberikan kontribusi yang cukup banyakdalam menghidupkan suasana pertunjukan, baik dari segi bonekanya, bentuk, wanda busana wayang, sunggingan, tatanan dan lainnya.Bentuk wayang merupakan (pola) yang menentukan jenis tokoh wayang dan wandanya. Tatanan wayang merupakan seni hias krawangan yang rumit dan indah yang sangat menarik di lihat dari belakang wayang pada waktu pertunjukan.Sedangkan sunggingan wayang merupakan pewarnaan yang beraneka ragam pada seluruh bagian wayang dengan tehnik warna sususn (Ahmadi,1994 : 16-17). Hal senada disampaikan Yudeseputro;bahwa pemakaian istilah seni rupa dalam pertunjukan wayang sebagai karya seni,banyak mengandung unsure yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat begitu saja dipisah-pisahhkan,karna wayang merupakan suatu manipestasi dari suatu multi seni (combined arts).

 
            Dalam pertunjukan wayang kulit,boneka wayang sebagai media penghubung pada masyarakat penikmatnya tidak hanya dibuat asal jadi.Tetapi para perupa wayang memerlukan penggarapan yang sangat detail.Wayang distilasi,ditatah dan disungging dengan penuh hati-hati,sehingga hasilnya memuaskan.Selain itu boneka wayang sangat mempengaruhi seorang dalang didalam mengekspresikan tema-tema yang terdapat dalam cerita wayang.
            Berkenaan dengan hal tersebut diatas muncul pertanyaan.Unsur-unsur seni rupa apa saja yang terdapat dalam kulit Purwa.
            Sebelum penulis membahas lebih lanjut mengenai unsur-unsur seni rupa yang terdapat dalam pertunjukan wayang kulit Purwa terlebih dahulu akan dibicarakan batasan mengenai kata seni rupa itu sendiri.Hal ini dimaksudkan agar lebih muda memahami dan menghubungkan seni pertunjukan wayang kulit Purwa kaitannya dengan unsure-unsur seni rupanya. 


II. Unsur-unsur Seni Rupa Dalam  Pertunjukan Wayang Kulit Purwa
            Selanjutnya marilah meninjau lebih khusus lagi unsure-unsur seni rupa dalam pertunjukan wayang kulit purwa sekaligus memahami peranannya.Sebagai mana diketahui bahwa sebuah gubahan seni rupa terdiri dari perangkat teraga dan tidak teraga.Perangkat teraga merupakan unsure kasat mata dari seni rupa yang langsung dapat dinikmati oleh mata penikmat antara lain: garis,warna,nada,tekstur,ruang,bentuk dan titik.Sedangkan perangkat tidak teraga adalah perulangan unsur-unsur secara terus menerus dan teratur. Perangkat tidak teraga ini antara lain: irama, gradiasi, keseimbangan, perbedaan/kontras, keselarasan/harmonis, keanekaragaman, klimaks, kesesuaian/format dan kesatuan.
            Bila kita mengamati sebuah pertunjukan wayang kulit purwa secara jeli,maka akan nampak pada kita beberapa elemen-elemen dasar komposisinya (gerak, desain panggung dan sebagainya) yang diwujudkan dalam ruang pentas sebagai unsure-unsur teraga seni rupa. Gerak-gerakan wayang yang dilakukan oleh sang Dalang akan nampak pada pemirsa sebagai bentuk garis dalam ruang panggung. Bentuk garis tersebut tercermin oleh gerakan boneka wayang yang dilakukan oleh sang dalang baik berupa garis lurus, irama dan garis gerigi. Garis tersebut terbentuk berdasarkan adegan yang sedang dipertunjukan. Disain dramatik yang didukung oleh disain musik, dinamika dan tema turut membantu terciptanya perangkat teraga seni rupa di panggung. Piranti dipanggung baik yang digunakan oleh pendukung acara maupun alat yang dijadikan sebagai media, akan kita lihat perangkat teraga seni rupa berupa: warna, tekstur dan nada.
            Sedang perangkat tidak teraga seni rupa yang berjumlah Sembilan tidak lain adalah elemen-elemen estetis dari sebuah komposisi pertunjukan wayang.Ada beberapa istilah yang berbeda,tetapi pengertiannya sama saja.Irama tidak berbeda dengan penguragnan estetis komposisi pertunjukan wayang.Gradiasi dapat disamakan dengan peralihan (transisi) dari adegan yang satu pada adegan yang lain dan runtutan atau kesinambungan.Perbedaan kedua perangkat pertunjukan wayang dan seni rupa ini hanyalah pada penerapannya ke medium yang memang telah berbeda.Jadi dapat dikatakan bahwa semua unsure seni rupa baik yang teraga maupun yang tidak teraga terdapat dalam pertunjukan wayang yang baik. (Halilintar Latif ,1987:7) 
Unsur Garis
            Unsur garis sebagai perangkat teraga seni rupa dapat disaksikan pada gerakan-gerakan wayang melalui tangan yang dimainkan oleh dalang. Garis juga dapat disaksikan pada keseluruhan boneka wayang yang berfungsi sebagai hiasan, termasuk garis yang digunakan dalam membentuk kontur motif-motif ragam hias yang digunakan tokoh wayang.
Unsur Warna
            Unsur warna dapat dinikmati dalam busana wayang, boneka wayang, setting serta tata cahaya, warna tersebut dipakai sebagai symbol-simbol tertentu pada tokoh-tokoh wayang. Dalam boneka wayang kulit pada umumnya badan wayanglah yang dicat dengan warna meskipun yang dipakai warna emas. Hal ini dimaksudkan agar badan wayang tampak menonjol apabila dilihat jauh. Demikian pula halnya dengan pemberian warna yang mencolok pada wajah dan badan wayang.
Unsur Wandal
            Unsur wanda sebagai salah satu unsure medium rupa berperan penting untuk memantapkan “rasa” suatu tokoh. Kemantapan ini bisa dicapai kerena ada kesesuaian antara suasana adegan dengan wanda tokoh yang digunakan wanda. Wanda tersebut menggambarkan watak dasar, lahir batin wayang pada kondisi mental tertentu. Watak dasar tersebut dilukiskan dengan pola pada mata, hidung, mulut, warna wajah,posisi dan perbandingan ukuran tubuh, serta suaranya yang dibawakan oleh sang dalang. Suasana batin tokoh wayang dillukiskan dengan raut mukanya, nuansa warnanya, proporsi panjang garis yang menghubungkan titik-titik tertentu pada tubuhnya, serta besar kecilnya sudut tertentu.
Unsur Ruang
            Unsur ruang jelas tercipta dalam sebuah pertunjukan wayang yang bersifat tiga dimensi. Melalui semua elemen dasar dan elemen estetis komposisi wayang tercipta sebuah bentuk dalam ruang yang berpengaruh pada waktu dan tenaga. Ulangan-ulangan gerak atau musik dalam pertunkjukan wayang member kesan irama sebagai perangkat tidak teraga seni rupa. Juga peralihan, kesinambungan, kontras, keselarasan, variasi yng sesuai dengan porsinya dalam membangun kllimaks sebuah komposisi wayang merupakan irama seni rupa.
Unsur Keseimbangan
            Unsur keseimbangan atau simetris yang merupakan perangkat tidak teraga seni rupa, dalampertunjukan wayang dapat ditinjau secara menyeluruh. Hal ini bisa dibuktikan karena pertinjukan wayang umumnya adalah gerakan tubuh yang dimainkan sang dalang. Dengan demikian pertunjukan wayang adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Keseimbangan juga menyangkut perimbangan antara unsure gerak dan musik, posisi dan posisi, karakter (wanda) dan cerita musik, piranti, control gerak dan keseimbangan komposisi secara keseluruhan.
Unsur Klimaks
            Unsur klimaks dalam seni rupa merupakan pusat perhatian atau fokus yang diperoleh melalui kontras atau variasi warna dan bentuk. Sedang klimaks dalam pertunjukan wayang dapat dilihat melalui alur dramatic yang menanjak sejak awal pertunjukan hingga tancap gayon.
            Unsur seni rupa yang lebih konkrit bisa disaksikan pada sebuah pertunjukan wayang kulit Purwa diatas panggung antara lain pada busana wayang, tata rias, tata cahaya(lighting), setting (dekorasi), piranti panggung dan piranti wayang.
Busana atau kostum
            Busana atau kostum yang terdapat dalam bonekawayang adalah bagaian dari seni rupa ,unsure ini yang pertunjukan wayang paling banyak dijumpai pada wayang kulit purwa dan merupakan pakaian tokoh tertentu dan kalau letak tata busananya dirubah ,maka wayang tersebut menjadi berlainan sifat dan karakternya. Selain itu busana wayang yang digunakan tokoh tertentu mempunyai peranan simbolis sebagai alat bantu menghidupkan perwatakan, memberikan kemungkinan gerak demi kebutuhan sang dalang secara utuh. Unsur rias dalam wayang membantu mewujudkan ekspresi muka pada tokoh wayang. Rias tersebut sanagat berkaitan dengan warna yang digunakan untuk dalam menghidupkan suasana pertunjukan . Selain itu rias mewujudkan ide pembuat wayang melalui penataan wajah,kepala dan menjaga efek tata lampu yang kuat.
Unsur tata cahaya atau tata lampu (lighting)
            Unsur tata cahaya atau tata lampu pada umumnya telah lazim digunakan pada pertunjukan-pertunjukan seni .Khusus pada pertunjukan wayang peranan lampu sangat penting,karena disamping sebagai alat untuk menghadirkan baying-bayang wayang dibelakang layar,juga sebagai alat untuk menciptakan suasana pagelaran yang dikehendaki oleh sang dalang berdasarkan lakon dan adegan cerita.meskipun lampu-lampu yang digunakan dalam pertunjukan wayang tidak semeriah dengan  lampu yang digunakan pada pagelaran tari dan  teatert,akan tetapi fungsi tata cahaya lampu dalam menghidupkan suasana pertunjukansangat berpengaruh.
Dekorasi Panggung
            Fungsi dekorasi panggung pada prtunjukan wayang jelas merupakan unsure seni rupa yang sangat di butuhkan, dan menjadi hal utama yang harus diperhatikan karena berkaitan ddengan penataan-penataan tokoh-tokoh wayang.
Unsur tatahan
            Unsur tatahan pada wayang adalah unsur yang palin menonjol dalam pembuatan boneka wayang kulit Purwa bahkan tatahan tersebut menggunakan unsur-unsur seni rupa yang lain seperti unsur titik yang disebut tatahan bubukan dan unsur garis atau tatahan tratasan. Dalam tatahan wayang terdapat beberapa nama dan jenis masing-masing tatahn  ersebut  secara utuh digunakan pada seluruh boneka wayang kulit Purwa dengan memakai alat yang bernama tatah kuku dan tata lantas.
            Dalam beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam pertunjukan wayang kulit Purwa, unsur-unsur seni rupa dan unsur wayang menyatuh dan tidak dapat dipisahkan, bahkan keduanya tidak dapat dibedakan. Kedua unsur seni tersebut saling mendukungtanpa ada yang berusaha mendominasi yang lainya. Dalam hal ini mungkin ada pengamat pewayangan akan berkata bahwa dalam pertunjukan wayang kulit Purwa semua unsur-unsur dalam pertunjukan tersebut adalah elemen wayang, sedang pengamat seni rupaakan berkata bahwa semua unsur-unsur yang terdapat dalam pertunjukan wayang adalah elemen seni rupa yang bergerak. Hal itu dapat dibenarkan dan tidak perlu dipermasalahkan oleh penciptanya, sebab karya seni dapat hanya mewakili apa yang diperkirakan oleh kita saja tetapi dia hadirdengan kemungkinan multi interpretasi.

 
            Pada zaman sekarang ini pertunjukan wayang yang telah banyak melakukan evolusi bnyaaik dari bentuk wayang, ceritq mqupun factor alirannya mulai mengantar pertunjukan wayang kembali kedalam berbagi hubunganbentuk kesenian. Ada banyak pertunjukan wayang yang ditampilkan yang justru lebih banyak menampilkan unsur-unsur seni lain khususnya pada unsur seni rupa. Dalang Ki Manteb misalnya namapknya telah menjadikan wayangnya sebagai media reklame, dan tidak menutup kemungkinan dalang-dalang yang lain untuk bisa merubah posisi pertunjukan wayang menjadi pameran wayang. Yang jelas istilah-istilah dalam pembuatan wayang,  bahwa pertunjukan wayang kulit purwa menurut hemat penulis adalah sebuah seni rupa yang dipertunjukan. Bahkan saat ini banyak dalang yang menciptakan sendiri boneka-boneka wayang sehingga wajar kalau mereka diberi julukan sang dalang yang perupa.
            Demikianlah sederetan tulisan mengenai unsur-unsur seni rupa dalam pertunjukan wayang kulit purwa, meskipun tulisan yang penulis sampaikan ini belum bisa dipaparkan secara sempurna dan lebih detail akan tetapi setidak-tidaknya penulis telah berusaha mengkaitkan beberapa unsur seni rupa yang terdapat pada pertunjukan wayang berdasarkan pengamatang penulis. Sebagai akhir tulisan, penulis sangat mengharapkan kritikan-kritikan yang sifatnya membangun  karya-karya selanjutnya dapat disusun lebih sistematis, menarik, lebih rapi dalm menggunakan kalimat. 

Cat:
(Tulisan ini telah diterbikan oleh Jurnal Harmoni Pendidikan Seni Rupa FKIP Unismuh Makassar)

9 komentar:

  1. saya sedang penelitian pak, mengenai seni rupa pada wayang kulit purwa..
    saya minta ya pak tulisan.a.. walaupun sebener.a saya harus cari literatur.a..
    sedikit menarik blog.a :)
    oya kalau bapak sempat baca komentar saya..
    saya boleh tahu pak literatur yang saya bisa dapti dari seni rupa pada wayang kulit purwa ini ??
    terimakasih pak andi..

    BalasHapus
  2. ide saya menulis unsur seni rupa pada wayang ketika menyaksikan pertunjukan wayang disolo,buku yang saya jadikan refrensi tidak terlalu banyak, tapi sejarah wayang purwa dijelaskan beberapa keterkaitan antara seni rupa dan seni pertunjukan wayang.(andi etal penulis)

    BalasHapus
  3. you're not giving me what I want

    BalasHapus
  4. terima kasih pak dosen, tenyata wayang kulit juga merupakan seni dan budaya yang tak kalah populer di Bali

    BalasHapus
  5. Artikel yang bagus... Saya ingin berbagi artikel tentang Pertunjukan Liu Sanjie di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/12/teater-liu-sanjie-di-yangshuo.html
    Lihatlah juga videonya di Youtube https://youtu.be/LGSdvSa0tg0

    BalasHapus